Rubik Masa Laluku
Baiklah, ini cerpen pertama saya yang saya post di blog ini, semoga yang membaca dapat menikmati kata yang berbaris di setiap cerpen ini.
selamat membaca ya.
Creator
: Vhie Elisa @Velsa_54
Tersenyumlah
saat kau mengingatku
Karna
saat itu aku sangat merindukanmu
Dan
menangislah saat kau merindukanku
Karna
saat itu aku tak berada disampingmu
Tetapi, pejamkanlah mata indahmu itu
Karna
saat itu aku akan terasa ada didekatmu
Karna
aku telah berada dihatimu untuk selamanya
Tak
ada lagi yang tersisa untukku
Selain
kenangan-kenangan indah bersama mu
* PUISI
lagu Cinta yang hilang *
ooO0Ooo
Pagi
itu rinai gerimis mengusik mentari untuk tak berani menampakan diri, embun pagi
berhamburan menemani kicauan gerimis yang ku dengar samar-samar dari luar. Jeritan
gerimis yang kini telah menyublin menjadi dentuman fantasi yang meluap-luap di langit
kelabu jauh diatas sana. Pagi ini adik kecilku memecah keheningan, tangannya
bergerak melipat origami dihadapannya, ia meminta ku mengajarkan membuat
pesawat kertas, lalu menariku untuk bermain. Sampai titik lelah kami menarik
nafas panjang dan duduk bersila menikmati rintik hujan yang layaknya
jarum-jarum transparan menusuk bumi.
“Kakak”
panggilnya membuatku menggerakan sepasang bola mata ini menatap sorot matanya
yang lugu
“Kenapa
?”
“Kakak
gak suka ya sama Kakak Ken ?”
Aku
menelan ludahku, seraya menggeleng-gelengkan kepalaku, sehingga kerudungku
leluasa menari kekiri dan kekanan.
“Lalu
kenapa kakak tidak mau bertemu dengan kakak Ken, dia sangat baik kemarin sore
ia kesini, sampai larut malam ia mengajarkanku shalat, waktu magrib tiba. lalu
membacakanku dongeng. Dia sangat pandai membaca dongeng untuku sampai aku
terlelap”
Aku
hanya mematung mendengar ucapannya, Hah! Pandai membacakan dongeng ? suatu
bisikan mulai merambat dihatiku
Seketika
tubuhku membeku bersama aliran gerimis yang telah lenyap menjadi hujan yang
semakin buas. Dalam sekejap mata ingatanku terbenam dalam 2 tahun lalu.
‖Febuari 2012‖
“Kenapa
belum tidur sampai selarut ini ?” Ucap pria diujung telepon
“Belum
merasa ngantuk, kau juga kenapa belum tidur ?” tanyaku khawatir
“A..a..aku”
“Masih
bekerja sampai selarut ini ?” Potongku
“Euumm,
ya. Sebulan lagi kita akan melakasanakan pernikahan jadi aku harus bekerja
keras..”
“Sudah
tidurlah! Aku tak ingin pernikahan kita menjadi beban untukmu. Aku tak ingin
tidur sebelum kau juga tidur” Tak terasa air sepertinya merembas keluar dari
dinding bola mataku, suaraku kian bergetar.
“Baiklah,
eeumm aku akan membacakan dongeng untukmu” hiburnya
“Dongeng
? memangnya aku anak kecil” Rutukku manja dibalik telpon, sepertinya ia
menyadari goresan kesedihanku karna mendengar ia harus bekerja keras sampai
selarut ini.
Ia
terus berbicara diujung telpon, sesekali benyanyi sampai mata ku kian
redup..dan, kian lama suaranya menghilang. Jauh..jauh sampai tak terdengar
lagi. Ya aku sudah terlelap.
*
Waktu
dengan cepat terus bergulir layaknya bola yang terus menggelinding jauh, aku
tinggal menghitung hari menuju pernikahan ku dengan Alyo, cinta pertamaku yang
selalu aku inginkan jadi cinta terakhirku. Ya siapa lagi laki-laki yang ku
cintai selain dia, kami akan membungkus ikatan kami dalam klise “perikahan”
TIN
TIN
Suara
klakson motor yang sangat akrab didaun telingaku memekik didepan rumah mampu merubuhkan
angan yang coba kurajut. Aku berlari seraya menata letak kacamataku yang
sedikit turun.
“Bu..
aku pergi dengan Kak Alyo. Kami mau fitting baju pengantin” Suaraku memekik
memenuhi isi ruangan
“Hati-hati
sayang” Jawab Ibu terdengar samar-samar bersama aroma masakan yang menyengat
dihidungku.
*
Tapi
siapa yang dapat menyangka, sampai hari ini aku masih sendiri. Ya sendiri ! pernikahan
yang ku dambakan semua gagal ada jurang pemisah yang sangat besar menghadang.
Saat aku mencoba membuka mataku, yang ku dapati hanyalah gelap yang kurasakan kini
hanyalah pilu yang mengerogoti hati karna hanya mendengar isak tangis. Aku
mengenal suara itu, sangat akrab didaun telingaku.
“Ma,
Jesicca dimana ma, kenapa semuanya gelap Ma ?” tanyaku lirih
Tapi
yang kudengar hanya rintihan pilu yang bergetar dari bibir ibuku, isak tangis
itu semakin nyata dan kian mendalam
Terlintas
dibenakku Suara tintihan setelah kecelakaan tragis itu, aku merasakan seseorang
sempat merangkulku dengan air mata yang seolah mendidih dan setelah itu. Aahh,,
aku tak ingat lagi saat kumulan kelam hinggap dipandanganku
“Ya..Kemana
Kak Alyo Ma ? Apa ia baik-baik saja Ma ? kenapa ia tak disini menemaniku ? Ma
ayo ma ajak aku untuk menemui kak Alyo” Suara ku yang makin meninggi menyublin
menjadi butiran air mata. Lagi dan lagi tak ku dengar suara yang bergeming.
Sepertinya keheningan telah hinggap disini dan tak mau pergi.
“Jesicca,
kamu tenang ya. Saya dokter Ken yang menanganimu sekarang. Kamu hanya butuh
banyak istirahat untuk memulihkan
kondisimu setelah koma 4 hari, lagi pula operasi matamu baru berlangsung”
“Hah
! jadi ini yang kurasakan kelam tanpa ada seberkas cahaya yang hadir
dipandangku. Jadi maksud dokter saya..sa..saya B.U.T.A”
“Tenanglah
tak berapa lama lagi kau bisa melihat lagi”
Aku
makin dibuai dalam kebingungan.
“Bagaimana
Bisa saya melihat lagi dokter ? jangan menggantungkan harapan setinggi bintang
diatas sana. Yang nantinya hanya akn membuat saya terjatuh karna tangan ini
terlalu pendek untuk menggapainya”
“Jesicca”
tangan rentah ibu merayap dipundaku “Sayang kamu akan bisa melihat atas
kemurahan hati Alyo”
“Jadi..!” tangis ku pecah, aku menggeleng lemah.
“Jadi..!” tangis ku pecah, aku menggeleng lemah.
“Ini
gak mungkin ma ? Kak Alyo, kenapa melakukan semua ini hiks..hiks”
Harapan
yang sudah ku tanamkan kini layu dan mati. Luka menerima sayatan air mata
jauh di kesunyian, aku harus mengubur dalam mimpi yang
sudah ku rakit dengan tak mudah. Pujaan hatiku telah tiada, kecelakaan saat
pulang fitting baju pengantin telah
merenggut ia dari sisiku
*
“Kakak!
Kenapa menangis” Ucap adik kecilku, yang heran melihat kristal bening yang
sudah larut menjadi air, jatuh dari
sudut-sudut bola mataku. Seketika saja semua ingatanku tentang Alyo dua tahun
lalu langsung berserakan.
Aku
menyerka air mataku yang seperti sudah berbaur dengan derasnya air yang tumpah
ruah dari langit kelabu. Lalu menyembulkan senyum seraya memegang ubun-ubunnya
dan berlari dengan cepat menghempas tubuhku ke tumpukan kapas dikamar. Rasanya
ada sesuatu yang mencabik hatiku, pedih, semakin pedih bila ingatan itu harus
bergelayutan pikiranku. Dan seketika aku
merasakan seakan ada yang menjalar di pundaku.
“Jessica,
kamu nggak boleh menitikan air matamu terus seperti ini sayang. Ikhlaskan Alyo
nak. Kamu sudah seharusnya membuka hatimu untuk seseorang, untuk Ken. Dia
sangat tulus menyayangimu”
Aku
menatap sorot mata yang penuh pengharapan itu, aku benci bila seseorang
memaksaku untuk melupakan Alyo.
“Tidak
Ma, kalaupun aku harus berbagi hati itu hanya dengan Kak Alyo. Aku tidak mau
membagi cintaku dengan lelaki lain. Biarkan saja ma, biarkan relung hampa dalam
hatiku ini Hiks..tidak akan ada yang pengganti Kak Alyo di Hatiku Hiks Hiks”
Bola mata ini terus menganak sungai, sepasang bola mata ini satu-satunya
peninggalan Alyo yang hingga kini masih dapat aku lihat.
Cintamu
takan pernah membebaskanku
Bagaimana
mungkin aku terbang mencari cinta yang lain sedangkan sayap-sayapku telah patah
karnamu
Cintamu
akan tetap tinggal bersamaku hingga akhir hayatku
Dan
setelah kematian
Hingga
tangan Tuhan akan menyatuhkan kita lagi
Betapapun
hati telah terpikat oleh sosok terang dalam kegelapan
Namun
tak dapat menyinari dan menghangati perasaanku yang sesungguhnya
Aku
tak pernah menemukan cinta yang lain selain cintamu
Karna
mereka takkan tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwa ku
Kau
takkan terganti bagai pecahan logam mengekalkan kesunyian, kesendirian dan
kesedihanku
Kini
aku telah kehilanganmu
*
PUISI lagu Cinta yang hilang *
Kau
tahu ? mengapa hatiku membatu seperti ini pada Ken ? kenapa aku tak memberi
celah ia bersamaku ? ya karna aku tak ingin kristal-kristal garam yang melompat
jatuh dari mataku melukainya, ya tak ingin ia terluka. Tak ingin keegoisan ini
tumbuh liar dalam dinding hatiku, karna walaupun aku mencoba membangun cinta
bersamanya itu percuma, KARNA AKU TAK MENCINTAINYA!
JANGAN
HALANGI AKU UNTUK MENUNGGU DENGAN SETIA RUBUK CINTA LALUKU, HINGGA TANGAN TUHAN
AKAN MENYATUHKAN KAMI LAGI.
=0End0=
‖Vevi
Elisa‖
Lubuklinggau, 08 Mei 2013